EUR/USD 1.088   |   USD/JPY 155.870   |   GBP/USD 1.271   |   AUD/USD 0.670   |   Gold 2,425.36/oz   |   Silver 32.15/oz   |   Wall Street 39,910.56   |   Nasdaq 16,685.97   |   IDX 7,266.69   |   Bitcoin 66,278.37   |   Ethereum 3,071.84   |   Litecoin 82.22   |   AUD/JPY bergerak di bawah 104.50 setelah Tiongkok memutuskan untuk mempertahankan suku bunga, 8 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF berada di Sekitar 0.9100 dengan sentimen positif, 8 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD dapat terkoreksi lebih rendah jika gagal menembus level 1.2700, 8 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Potensi bullish EUR/USD masih ada menjelang pidato The Fed, 8 jam lalu, #Forex Fundamental   |   PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp1.1 miliar dari capaian laba bersih tahun buku 2023, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp129.38 miliar, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) akan membagikan tambahan dividen tunai sebesar Rp482.43 miliar dengan cum date jatuh pada hari ini, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,334, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,661 pada pukul 19:23 ET (23:23 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 40,179, 14 jam lalu, #Saham AS

Gegara COVID-19, Trump Ancam Jatuhkan Sanksi Lagi Untuk China

Penulis

Perang dagang AS-China mendadak crossover dengan saga dampak pandemi virus Corona (COVID-19). Akibatnya, sentimen risk-off sontak mengemuka.

Seputarforex.com - Dolar Australia ambruk sekitar 1 persen versus Dolar AS pada perdagangan sesi Asia (1/Mei), menyusul perkembangan terbaru dalam krisis hubungan dagang AS-China yang mendadak crossover dengan saga dampak pandemi virus Corona. Sebagai mata uang yang dianggap berhubungan dekat dengan China di pasar keuangan global, Aussie dan Kiwi ikut terdampak negatif.

Tadi malam, menghadapi krisis akibat jumlah korban COVID-19 yang semakin membengkak, Presiden AS Donald Trump melontarkan tuduhan bahwa virus Corona merupakan buatan laboratorium Wuhan. Tudingan tersebut telah dibantah oleh kantor pusat intelijen-nya sendiri, tetapi Trump malah menyatakan akan mengenakan sanksi lagi kepada China sebagai tindakan balasan atas "pembuatan virus" tersebut.

AUDUSD DailyGrafik AUD/USD Daily via Tradingview.com

Total kasus infeksi virus Corona di Amerika Serikat sekarang telah mencapai hampir 1.1 juta orang, dengan 63,871 orang meninggal dan 155,737 orang pulih. Negeri Paman Sam menduduki peringkat pertama dunia dalam total kasus maupun fatalitas. Sementara itu, rasa frustasi masyarakat semakin memuncak seiring dengan berkepanjangannya lockdown di sejumlah negara bagian. Dini hari tadi, Gedung DPRD Michigan diserbu demonstran sayap kanan bersenjata api yang menuntut agar kondisi darurat segera diakhiri.

Di tengah situasi ini, Presiden AS Donald Trump malah mempertajam retorika anti-China-nya dengan mengonfirmasi hoaks "virus Corona dibuat di laboratorium Wuhan". Berdasarkan argumen itu, ia akan mengambil tindakan untuk membalas Beijing dengan mengesampingkan kesepakatan dagang yang telah dicapai awal tahun ini.

"Kita menandatangani kesepakatan dagang di mana mereka semestinya membeli (produk AS) dan mereka sebenarnya telah membeli banyak. Tapi hal itu sekarang menjadi nomor dua dibanding apa yang terjadi dengan virus ini," kata Trump kepada reporter.

Dua pejabat AS secara anonim mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tengah menjajaki sejumlah opsi pengenaan tarif impor "balasan" bagi China. Akan tetapi, rekomendasi belum disampaikan kepada tim keamanan nasional maupun presiden.

Mengutip dua narasumber internal lain, The Washington Post mengabarkan bahwa sejumlah pihak tengah mendiskusikan kemungkinan membatalkan sejumlah obligasi pemerintah AS yang dipegang oleh China sebagai strategi balasan. Akan tetapi, penasehat ekonomi Trump, Larry Kudlow, membantah laporan tersebut dengan menegaskan, "Kepercayaan dan kredit dalam kewajiban utang AS itu sakral. Titik."

Sejumlah pihak mensinyalir sang presiden AS ke-45 merasa frustasi terhadap kejatuhan elektabilitas dirinya dalam pemilu presiden AS mendatang sebagai akibat dari pandemi COVID-19. Pengangguran merajalela dan kondisi ekonomi memburuk dengan cepat, sehingga ia kehilangan keunggulan kompetitif dibanding pesaing terdekatnya dari partai Demokrat, Joe Biden. Oleh karena itu, Trump akan berusaha untuk "menciptakan" musuh dari luar guna menggenjot elektabilitasnya lagi.

292828
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.